“… …
Bangkit itu malu,
malu menjadi benalu,
malu karena minta melulu,
bangkit itu tidak ada,
tidak ada kata menyerah,
tidak ada kata putus asa,
bangkit itu aku,
untuk Indonesia ku.”
merupakan penggalan2 bait yang diucapkan Dedi Mizwar (aktor kawakan) dalam pariwara untuk memperingati satu abad kebangkitan nasional. Peringatan satu abad ini menuai pro dan kontra. Permasalahannya bukanlah pada jumlah tahunnya atau bentuk peringatannya, tetapi pada penentuan tonggak yang (dianggap) bersejarah itu.
Pihak yang pro menetapkan bahwa pada tanggal 20 Mei 1908 yang lampau dengan dibentuknya organisasi pemuda Boedhi Oetomo (BO) oleh Dr. Sutomo yang menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Selanjutnya dapat dibaca di sini.
Sedangkan pihak yang kontra menyatakan, bahwa seharusnya kebangkitan nasional itu bukanlah pada tanggal berdirinya organisasi BO ini melainkan pada tonggak berdirinya organisasi Syariat Islam (SI) pada tanggal 16 Oktober 1905 atau yang sebelumnya dikenal dengan nama Syarikat Dagang Islam (SDI). Dimana organisasi ini dianggap lebih mencerminkan sikap yang lebih nasionalis dibandingkan dengan BO sendiri yang lebih bersifat kedaerahan. Selanjutnya dapat dibaca di sini.
Terlepas dari pro dan kontra tersebut, saya setuju dengan kata2 pada bait yang dibacakan oleh Dedi Mizwar itu, yaitu .. “Bangkit itu aku”.
Kata2 ini begitu merefleksikan suatu fase kehidupan manusia dalam perjalanan hidupnya. Setiap manusia pasti pernah merasakan jatuh, gagal dan terkadang ada yang merasa sampai terpuruk dalam suatu jurang.
Hanya orang yang mampu bangkit yang akan melanjutkan hidupnya, sisanya hanya akan menjadi penonton yang lambat laun akan menjadi makanan sang waktu.
Tidaklah seseorang itu menjadi besar melainkan ia menjadi kecil,
tidaklah kupu-kupu itu menjadi indah melainkan ia adalah ulat kepompong yang menjijikkan,
maka, bangkit itu aku !!
Ayo Bangkit …!!!
Jakarta, 22 Mei 2008
Alexis.
catatan kaki:
ngomong2 masalah bangkit, itu mengingatkan akan salah satu nama dari dua bersaudara yang merupakan teman dari oom saya yang ada di surabaya. Nama bersaudara itu adalah Subangun dan Subangkit, sampai2 ada candaan … kalau pagi2 bapaknya teriak2 “banguuunn …. bangkit …. dari tempat tidur …” untuk membangunkan mereka berdua … 🙂 Well … ini hanya intermezzo aja, sebagai penggugah jiwa agar senantiasa berusaha dan berdoa dalam menjalani hidup ini.
Leave a comment